Sabtu, 09 Oktober 2010

Ayo Bangkit Bangsa Indonesia

Aktivitas perbincangan di koran akhir-akhir ini (kalo tidak sudah beberapa tahun) jadi menambah bingung saja. Begitu banyak peristiwa, besar maupun kecil, yang kemudian menjadi polemik berkepanjangan. Saling tuduh antar pelaku maupun pengamat dan "pengamat" sepertinya meningkat deras seiring dengan perkembangan dunia informasi dan telekomunikasi.

Masalah dengan Malaysia misalnya. Kondisi ketidakharmonisan kedua negara ini sudah berlangsung sekian lama. Namun sampai hari ini sepertinya dipelihara untuk kepentingan-kepentingan tertentu. Bukannya diselesaikan secara tegas namun tetap lembut (bukannya kita biasa dikenal sebagai bangsa yang murah senyum), eh.. malah jadi bulan-bulanan media dan perang hujatan. Salah menyalahkan dan saling serang membuat beberapa pihak yang hanya mementingkan perutnya (karena boro-boro mau ngurusin politik, buat makan hari ini aja harus berjuang sampe mati) jadi ikut-ikutan takut dan was-was.

Masalah kunjungan ke Belanda dan RMS itu juga. Keputusan presiden untuk menunda (atau membatalkan?) kunjungan menjadi polemik yang berkepanjangan. Para pengamat saling melemparkan argumen untuk menegaskan keberpihakannya pada keputusan itu. Masyarakat umum juga tak kalah membuat banyak komentar mengenai hal ini lewat situs-situs pertemanan dan website penyiar berita.

Duuh....

Bukannya tidak bersimpati dengan temant-teman yang meluangkan waktunya untuk mengikuti secara dekat kasus per kasus yang terjadi di Indonesia. Tapi seharusnya tidak berhenti pada komentar karena toh akhirnya malah jadi bikin bingung. Tanpa sadar akan terjadi perpecahan karena muncul tim pendukung dan tim penolak. Mudah-mudahan kebiasaan tawuran antar sporter tim sepak bola tidak merambah ke area yang lebih luas. Syereeem...

Memang benar pemerintah kita masih memiliki banyak kelemahan dan kekurangan. Memang benar sistem pengamanan harga diri bangsa sudah terkoyak moyak. Memang benar harga diri bangsa terkubur entah di dasar lautan mana dan mungkin saja malah sudah dibawa lari kapal nelayan tetangga.

Tapi hendaknya rasa sadar diri tersebut menjadi cambuk untuk makin kuat, bukannya memperlemah tubuh bangsa Indonesia. Karena jika pengakuan kelemahan ini menjadi membahana, tidak disertai dengan suntikan penggugah semangat untuk berubah, maka rakyat kecil yang menjadi merana. Nasib yang tidak punya rumah dan kehilangan pekerjaan akan menjadi terpinggirkan. Dan lebih parahnya lagi menjadi bulan-bulanan politikus yang membutuhkan suara untuk duduk di posisi yang bisa membuatnya tidur nyenyak di masa-masa rapat.

Cukup.....

Hendaknya kita bertekad untuk menjadi baik dan kuat. Walau kritikan itu perlu, namun hendaknya jangan membuat kita menjadi pesimis akan kekuatan negeri yang dikelilingi api ini. Jika dipikir-pikir, dengan banyaknya kondisi genting di negara kita (alam maupun manusia-manusianya) malah menjadi tantangan untuk membuktikan bahwa kita bisa menjadi bangsa kuat. Bukankah makin berat ujiannya maka produk lulusannya akan makin mumpuni?

Maju bangkit, bangsaku, Bangsa Indonesia..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar